Di masa kini, keanggotaan Yakuza diperkirakan telah menurun tajam, tetapi bukan berarti tidak berbahaya. Tulang punggung bisnis
ilegal mereka adalah
pachinko, perdagangan
ampethamine (termasuk
ice dan
ekstasi),
prostitusi,
pornografi, pemerasan, hingga penyelundupan senjata.
Di era 1980-an, Yakuza mengembangkan sayap mereka hingga ke
Amerika Serikat, dan ikut masuk dalam bisnis
legal
untuk mencuci uang mereka. Dalam operasinya, Yakuza membeli aset di
Amerika dan salah satu yang pernah mencuat ke permukaan adalah
keterlibatan
Prescott Bush, saudara dari presiden
George H.W. Bush dan paman dari Presiden
George W. Bush, dalam transaksi penjualan perusahaan Aset Management International Financing & Settlements di awal 1990an.
Berdasarkan perkiraan kasar dari sumber majalah
Far Eastern Economic Review edisi 17 Januari 2002, Yakuza diperkirakan telah menanamkan uang hingga 50 milyar dolar dalam
investasi saham dan perusahaan di Amerika Serikat. Bandingkan dengan cadangan devisa
Indonesia yang 36 milyar dolar.
Di dalam negeri, Yakuza juga ditengarai turut berperan dalam
anjloknya ekonomi Jepang selama 10 tahun terakhir. Sebagai akibat
amblasnya bisnis properti dan macetnya kredit bank di Jepang pasca 1990,
banyak debitor yang menyewa anggota Yakuza agar agunan mereka tidak
disita oleh
bank.
Selain itu, banyak perusahaan yang memperoleh pinjaman bank pada
dasarnya adalah sebuah kigyo shatei, perusahaan boneka miliki Yakuza.
Perusahaan milik Yakuza ini diperkirakan memperoleh kredit antara
300-400 milyar dolar, dan sebagian dari jumlah itu dialirkan ke induk
organisasi Yakuza. Menghadapi hal seperti ini, bank Jepang jelas tidak
bisa berkutik.
Di sisi lain, anggota Yakuza juga kerap membeli aset properti dengan
harga miring dari perusahaan yang butuh uang tunai untuk dijual kembali
dengan harga tinggi apapun itu mulai dari apartemen, perkantoran hingga
rumah sakit. Bila sebuah bangunan telah dibeli oleh Yakuza, tidak ada
yang berani jadi tetangga mereka dan alhasil harga properti langsung
jatuh, dan segera naik segera setelah Yakuza menjualnya.
Selain beroperasi secara di level bawah, Yakuza juga menggurita di kalangan
politisi
Jepang. Beberapa praktik suap telah terbongkar termasuk dalam program
tender proyek umum senilai trilyunan yen. Program rekapitalisasi
perbankan Jepang yang berlarut-larut tidak kunjung selesai diperparah
oleh keterlibatan Yakuza yang sangat berkepentingan dalam bisnis
properti dan kredit perbankan. Saat ini perbankan Jepang masih
menanggung beban kredit macet sebesar kira-kira 1,2 triliun dolar dan
membuat ekonomi tidak bertumbuh selama 10 tahun terakhir